May 2017

DewaSah?




Di benak lelaki dan wanita yang mengaku dewasa
Tak ada waktu untuk menjadi anak kecil

Sebab kita memelihara banyak kata di kepala
Selalu ada yang abai dari panca indera
Terbelenggu repitisi semata
Jika waktunya sudah tiba, kita jadi terburu-buru  
Menggerutu setelahnya
Berharap akan baik-baik saja

Di benak lelaki dan wanita yang mengaku dewasa
Kenaifan beranak pinak 
Janji yang terlanjur terucap, tak dipahami betul artinya

Di benak lelaki dan wanita yang mengaku dewasa
Akan selalu berkeliaran anak kecil di tubuh mereka
Hanya malu untuk mengakuinya
Dengan alasan lelaki dan wanita dewasa

; dan

Ada di Matahari




Sinar mata mereka berbicara ketika kami bawakan dua kardus buku, berisikan beragam jenis bacaan yang akan menemani waktu santai atau pada dasarnya mereka gemar melahap setiap lembar.

Lalu

lalu

Apakah mereka jarang mendapatkan buku bacaan? 


Adik-adik sedang mensortir buku bacaan yang mereka terima, 11 Mei 2017.

Kapan terakhir kali kamu membaca buku? Kemarin? Tahun Lalu?
Apakah kamu tipe yang haus membeli buku bacaan namun pada akhirnya banyak sekali buku yang belum sempat kamu baca?

Saya sempat malu pada diri sendiri melihat reaksi gembira anak - anak ketika mendapat buku bacaan. Sementara, ada beberapa buku yang sampai detik ini belum selesai saya baca. Mudah sekali ya mengabaikan suatu hal yang telah saya dapatkan sementara banyak orang di luar sana susah mendapatkannya.

Hari ini adalah pertemuan ketiga kami dengan anak panti asuhan kuncup harapan. Akhirnya, perbincangan Ricko, Gita, dan saya tidak berakhir pada wacana semata. Beruntungnya kami, banyak sekali tangan-tangan yang ikut terlibat dalam aksi kecil ini. Awalnya kami tidak ingin melabeli diri dengan sebuah nama tapi setelah diskusi alot di satu tempat makan, tercetuslah nama 'matahari'. 

Bahagia itu menular.



Dari sekian banyak hal di dunia ini; Kenapa matahari?
Nama tersebut muncul spontanitas, saya kurang ingat jelas filosofi dibalik pemilihan 'matahari. Namun jika boleh menaruh harap, semoga kita bisa membawa energi positif kepada anak - anak panti. Energi ini semoga jadi titik balik mereka untuk tidak mengesampingkan apa pun cita - cita yang ingin mereka kejar. 

Bakti sosial merupakan langkah pertama perkenalan kepada adik-adik di panti asuhan. Tidak ada ikatan di sini, kami pun tak menjanjikan selang berapa waktu untuk memberi edukasi. Kami belajar berkomitmen pada apa yang kami mulai.

Singkatnya, matahari memiliki harapan agar adik-adik dapat mengenal lebih soal pekerjaan yang mungkin masih terdengar asing buat mereka. Sehingga kegiatan kami ketika datang ke panti ialah berbagi dan memberi sedikit pelatihan dasar tentang bidang yang kami geluti. Sempat juga terpikir, apa kami telat memperkenalkan mereka soal ragam bidang pekerjaan? Sebagai informasi tambahan, kebanyakan adik panti itu sudah SMP, SMA, dan satu anak SD. Di sini lho, tugas besar kami mengemas suatu hal yang tidak mereka kenal menjadi mudah dimengerti. 

Jadi, apa kamu berminat untuk berkontribusi? 

Apa pun bisa kamu beri di sini, lho. Tentu saja yang berkaitan dengan kepentingan anak panti, ya. Tenaga? pengetahuan? pakaian? uang? buku? Semua diterima dengan tangan terbuka!

Calon ibu, nih. 

Saya ingin perkenalkan siapa saja yang sudah menjadi bagian matahari; Ricko, Gita, Teh Ti, Setyo, May, Jo, Ice, dan semua yang ikut berkontribusi memberi bantuan. Kalian luar biasa! Oia, kali ini terima kasih juga untuk Mizan atas buku-buku nya, saya yakin minat baca mereka akan ikut meningkat. Semoga bantuan kita kepada adik-adik ini akan menular, membekas di kehidupan mereka, dan bermanfaat.

; dan

Jalan-Jalan di Bibir Pantai



Aku tidak bisa berjanji untuk setia selalu duduk di bibir pantai. Iya, akan kudapati tubuhku basah akibat ombak yang kau bawa dari lautan. Kulitku melepuh terpanggang matahari siang. Tidak 'kah kau kasian? Jangan! Kasian dan sayang itu berseberangan.

Kau seret ikan-ikan mati akibat pasang surut dari dasar lautan. Tak satu pun membawa kenikmatan, namun bukan semata-mata aku ingin dirimu membawa pelbagai jenis ikan. Kuhadiahi kamu ketulusan, yang masih perlukah untuk dijelaskan?

Di tengah cuaca aku bisa saja pudar, berbalik, dan menghilang. Sebab aku tidak paham apa arti ombak yang kamu bawakan. Tetapi lihat, kita hanya berpura-pura tidak kehilangan apa pun. Kita menolak kenyataan bahwa kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.

Aku hanya harus kabur dari pantai ini. Tentu saja, sudah. Bagaimana bisa aku diam di bibir pantai yang mati. Meski begitu, jika besok tak ada yang mau mengujungi pantaimu lagi. Kamu tahu harus memberi sinyal seperti apa, 'kan? Tetapi aku tidak bisa berjanji menyambutmu seperti dulu lagi setelah menghargai adalah pekerjaan utamaku yang sejak awal tak juga kamu iyakan.


;dan