Jalan-Jalan di Bibir Pantai
Aku tidak bisa berjanji untuk setia selalu duduk di bibir pantai. Iya, akan kudapati tubuhku basah akibat ombak yang kau bawa dari lautan. Kulitku melepuh terpanggang matahari siang. Tidak 'kah kau kasian? Jangan! Kasian dan sayang itu berseberangan.
Kau seret ikan-ikan mati akibat pasang surut dari dasar lautan. Tak satu pun membawa kenikmatan, namun bukan semata-mata aku ingin dirimu membawa pelbagai jenis ikan. Kuhadiahi kamu ketulusan, yang masih perlukah untuk dijelaskan?
Di tengah cuaca aku bisa saja pudar, berbalik, dan menghilang. Sebab aku tidak paham apa arti ombak yang kamu bawakan. Tetapi lihat, kita hanya berpura-pura tidak kehilangan apa pun. Kita menolak kenyataan bahwa kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
Aku hanya harus kabur dari pantai ini. Tentu saja, sudah. Bagaimana bisa aku diam di bibir pantai yang mati. Meski begitu, jika besok tak ada yang mau mengujungi pantaimu lagi. Kamu tahu harus memberi sinyal seperti apa, 'kan? Tetapi aku tidak bisa berjanji menyambutmu seperti dulu lagi setelah menghargai adalah pekerjaan utamaku yang sejak awal tak juga kamu iyakan.
Aku hanya harus kabur dari pantai ini. Tentu saja, sudah. Bagaimana bisa aku diam di bibir pantai yang mati. Meski begitu, jika besok tak ada yang mau mengujungi pantaimu lagi. Kamu tahu harus memberi sinyal seperti apa, 'kan? Tetapi aku tidak bisa berjanji menyambutmu seperti dulu lagi setelah menghargai adalah pekerjaan utamaku yang sejak awal tak juga kamu iyakan.
;dan
0 comments :
Post a Comment