Benarkah selalu ada yang
istimewa di angka pertama? Seperti, mengunjungi satu tempat untuk pertama kali,
makan makanan yang belum pernah dicoba sebelumnya, berada di fase kehidupan tertentu, dan semua hal yang dirasa baru kita rasakan untuk pertama kali.
Atau jangan-jangan kita
belum pernah menikmati apa itu pengalaman pertama. Melewatinnya begitu saja
karena abai dengan hal yang dirasa atau kita anggap biasa. Sampai satu hari di pertengahan bulan Mei, aku memutuskan rutin mengabadikan momen 'pertama'. Ups, kebanyakan sih makanan (emang dasarnya
doyan makan).
Lumpia Nyonya Liem
Lokmie depan Masjid Istiqomah
Pantai Gesing, Gunung Kidul Jogja
Kereta antar kota (Cimekar - Bandung)
Vietnamese Rice Paper Rolls pertama yang dibuat sendiri
Tempat makan padang di Bandung yang gak akan pernah lagi aku kunjungi
Cimori Semarang
Wonjo Korean Restaurant di Bandung
Good Karma di Yogyakarta
Jangan berharap gambar
yang terambil sebagus hasil fotografer, ya. Momen di atas cenderung apa
adanya tapi menangkap momen pertama kali itu bisa dibilang sedikit mudah jika disandingkan
untuk mengingat rasanya.
Butuh untuk kembali
melihat bagaimana semua momen terbentuk di dalam tubuh kita sehingga bisa
menghasilkan rasa. Seringkali rasa tidak mampu lagi dicerna oleh ingatan itu
sendiri, lepas karena ingatan yang menua atau memang memilih untuk dilepaskan.
** Makan mie kocok di
pinggir jalan untuk pertama kali. Ok, kamera siap dan foto dengan beragam
posisi sudah ada di galeri. Lalu kalian pulang ke rumah, setelahnya? Melanjutkan
aktivitas berikutnya?
Jika diminta mendeskripsikan, masih
ingat gak bagaimana rasa mie kocok itu? Bagaimana rasanya makan di pinggir
jalan untuk pertama kali?
Mungkin akan ada yang mendeskripsikan rasanya terlalu asin, tempatnya kurang bersih, sampah ada
dimana-mana, pedagangnya ramah, dan harga gak sesuai dengan rasanya. Akan ada juga yang bisa mendeskripsikan lebih dari itu atau sebaliknya sama sekali malas
memberi penjelasan atau tiga bulan setelahnya lupa bagaimana pengalaman itu
terjadi. **
Nyatanya momen-momen
di atas gak lantas membuat rasa itu bisa diingat semudah ketika mengambil
gambar. Betapa aku sebagai pribadi sangat lemah menangkap dan mengingat sebuah
rasa untuk pertama kali. Namun dari keputusan mengabadikan momen ini pun membuka mataku bahwa gak semua momen bisa dan atau harus ditangkap oleh kamera. Sehingga diantara kita ada yang lebih memilih mengabadikannya dalam tulisan, gambar, dan hal unik lainnya. Dan aku masih tetap percaya, bahwa selama proses itu pula akan tetap banyak hal yang tidak bisa diungkapkan.
Semua hal setara berharga, jadi sayang sekali jika sebuah rasa tidak mampu kita ingat lagi 'kan? Pun benar adanya, tak ada yang tak suka dinilai berharga termasuk 'hal pertama'. Eh, lucunya kita (aku lebih seringnya) malah sering abai dan menganggapnya biasa saja. Biasanya nih, sampai pengalaman pertama itu menghilang atau gak bisa lagi kita temukan. Baru deh, sadar.
Untuk itu, keputusan
mengabadikan momen ini terasa luar biasa! Aku hanya berharap agar tidak mudah lupa pada momen yang sengaja aku buat, kepada waktu yang orang kasih, kepada kebaikan dan keburukan. Hmm .. jadi gak sabar nih, menikmati pengalaman-pengalaman pertama apa lagi yang akan menjemputku di depan sana.
: dan